PALANGKA RAYA, HALODAYAK.COM – Kepala Dinas Kesehatan Provinsi Kalimantan Tengah (Kalteng) Suyuti Syamsul mengatakan, stunting masih menjadi salah satu tantangan kesehatan masyarakat yang paling serius. Hal ini baik di tingkat global maupun nasional.
Suyuti menjelaskan, stunting adalah kondisi gagal tumbuh pada balita yang disebabkan oleh kekurangan gizi kronis, terutama pada periode 1000 Hari Pertama Kehidupan (HPK).
“Kekurangan gizi pada masa kritis ini dapat menyebabkan pertumbuhan anak terganggu, baik secara fisik maupun kognitif, yang berdampak pada kualitas hidupnya di masa depan,” ujarnya, pada kegiatan Penggerakan Masyarakat Cegah Stunting Itu Penting, yang dilaksanakan di SMP Negeri 8 Palangka Raya pada Jumat (23/8/2024).
Suyuti menjelaskan, upaya pemerintah untuk mengatasi masalah stunting, salah satu intervensi yang dilakukan adalah melalui pemberian Tablet Tambah Darah (TTD) bagi remaja putri berusia 12-18 tahun.
“Tablet ini diberikan satu tablet per minggu selama satu tahun. Tujuannya untuk mencegah anemia pada remaja putri, yang nantinya akan mempersiapkan mereka menjadi ibu yang sehat dan mampu melahirkan generasi yang berkualitas,” jelasnya.
Ia menuturkan, Dinkes Kalteng juga melaksanakan Pengukuran Kebugaran Jasmani dan Skrining Kesehatan Penyakit Tidak Menular. Kegiatan ini bertujuan untuk memantau kondisi kesehatan remaja secara menyeluruh, sehingga dapat diambil langkah-langkah pencegahan lebih dini terhadap berbagai masalah kesehatan yang berpotensi menghambat pertumbuhan dan perkembangan mereka.
“Berbagai program yang dijalankan ini, Dinas Kesehatan Provinsi Kalteng berharap dapat menurunkan angka stunting secara signifikan dan meningkatkan kualitas kesehatan generasi muda di Kalteng. Pencegahan stunting bukan hanya tugas pemerintah, tetapi juga memerlukan keterlibatan aktif dari seluruh lapisan masyarakat, termasuk keluarga dan institusi pendidikan,” pungkas Suyuti. (Uni/Vgs)
