Home Halo Kalteng Makin Berkah Kebiasaan Masyarakat BABS Berdampak Cemari Lingkungan

Kebiasaan Masyarakat BABS Berdampak Cemari Lingkungan

Foto: Uni/Halodayak.com WAWANCARA - Kepala Dinkes Dr. Suyuti Syamsul, saat diwawancarai awak media di Aula Eka Harap, Kamis (22/6/2023).

PALANGKA RAYA, HALODAYAK.COM – Kebiasaan masyarakat buang air besar sembarangan (BABS) kini menjadi persoalan. Apalagi di Kalimantan Tengah (Kalteng) marak terjadinya, BABS disinyalir banyak dilakukan oleh warga masyarakat yang bermukim di daerah-daerah kumuh.

Kepala Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Kalteng Suyuti Syamsul mengatakan, ada beberapa daerah di Kalteng yang masih belum bebas dari BABS. Sehingga menggarisbawahi  kebiasan BABS yang didata pihaknya itu bukan diukur berdasarkan kebiasaan perorangan atau keluarga, melainkan berdasarkan kondisi masyarakat per desa atau kelurahan.

“Kebiasaan ini harus dihilangkan karena mengundang penularan berbagai macam penyakit. Maka indikator penilaian kami terkait BABS ini adalah di suatu keluarga tidak ada jamban keluarga atau umum, sehingga dapat menjadi indikasi kalau BAB masyarakat masih ada yang di luar rumah, seperti di kebun dan di pinggir sungai,” ucapnya, Kamis (22/6/2023).

Pada data tersebut, persentase bebas BABS di Murung Raya hanya sekitar 6,0 persen. Hal ini jauh di bawah Kotawaringin Barat yang persentase bebas BABS-nya berada pada angka 86,0 persen dan menempati urutan tertinggi bebas BABS se-Kalteng. Sementara untuk Kota Palangka Raya, persentase bebas BABS di Ibu Kota Provinsi Kalteng ini berada di angka 10,0 persen. Angka itu setara dengan Seruyan dan berada satu tingkat di atas Murung Raya.

Ia menjelaskan, pada dasarnya tidak menjadi masalah apabila ada masyarakat yang melakukan BAB di sungai sepanjang ada septic tank yang terhubung. “Sepanjang BAB di sungai tapi terhubung dengan septic tank, tidak masalah. Tetapi yang menjadi masalah selama ini keluaran BAB itu tidak terhubung septic tank dan langsung lepas ke sungai,” katanya.

Menurutnya, daerah desa atau kelurahan di Kalteng yang masih marak terjadi fenomena BABS umumnya adalah masyarakat yang tinggal di daerah permukiman pinggir sungai dan daerah rawa. Daerah yang berada di kawasan pinggir sungai atau rawa kemungkinan masih lazim terjadi kebiasaan tersebut.

“Sehingga dampak dari kebiasaan tersebut ialah dengan mudah menularnya berbagai bakteri penyebab penyakit. Dari kotoran ke mana-mana, padahal ketika kita BAB, dalam proses itu keluar bakteri E-coli, bakteri salmonella, bakteri pseudomonas, kemudian ada bakteri yang menyebabkan orang sakit tipoid seperti halnya dapat menyebabkan seseorang mengalami diare,” jelasnya.

Suyuti menyampaikan, upaya mencegah dan menanggulangi BABS, maka perlunya meningkatkan akses air bersih dan pembangunan jamban umum yang seusai standar, yakni terhubung dengan septic tank.

“Jamban umum itu bisa dibangun seperti yang ada di Barito Utara, terdapat teknologi tepat guna yang memungkinkan orang tetap BAB di lanting, tetapi terdapat septic tank yang dibikin melalui teknologi tepat guna,” pungkasnya. (Uni/Vgs)

Exit mobile version