Home Halo Cerita KISAH BATU MAMBEN DAYAK

KISAH BATU MAMBEN DAYAK

Batu Mamben yang terletak di Kel. Sepang Simin, Kab. Gunung Mas, Kalimantan Tengah /folkofdayak

halodayak.com – Batu Mamben yang terletak di Kel. Sepang Simin, Kab. Gunung Mas, Kalimantan Tengah ini konon adalah jelmaan manusia yang kemudian menjadi salah satu “Patahu” atau penjaga kampung. Pada jaman dahulu kala ada sepasang suami-isteri yang bekerja sebagai pedagang, ia Bernama “Mamben” dan isterinya Bernama “Mirit”. Mereka berasal dari arah Kahayan Hiliri, kemungkinan mereka asalnya dari daerah Banjar Kalua yang berhijrah ke Kahayan. Ia sering mudik ke hulu sungai Kahayan untuk singgah dikampung-kampung untuk berniaga. Mamben juga terkenal sebagai orang sakti, sebagai pawang buaya.

Suatu waktu merekapun singgah di Sepang Simin ini. Kampung ini dipimpin oleh “Dahiang Ama Bujang” atau “Singa Hantarung”. Disana Mamben dan Isteri disambut dengan baik oleh Dahiang Ama Bujang, merekapun tinggal disana beberapa lama dan menjadi sangat karib, selain karena hubungan perniagaan juga karena sikap dan perangai Mamben yang baik hati hingga Dahiang Ama Bujang dan Mamben pun melakukan ritual angkat sodara sedarah. Yaitu dengan meneteskan darah masing-masing pada daun sirih, kemudian mereka masing-masing akan mengunyah sirih itu sampai habis dan tidak boleh ada yang terbuang. Demikianlah terjadi suatu persahabatan antara kedua tokoh ini.

Setelah sekian lama, Mambenpun berpamitan kepada saudara angkatnya itu untuk melanjutkan perjalanan perniagaannya ke arah Hulu Kahayan. Dahiang Ama Bujang sudah memberi peringatakan kepada Mamben untuk tidak pergi sebab saat itu sedang marak asang kayau dari arah hulu sungai Barito dan Mahakam, namun Mamben tetap melanjutkan perjalanannya. Setelah sekian waktu berlalu, Dahiang Ama Bujang sedang berladang, tidak jauh dari kampung tempat mereka tinggal, langit terlihat gelap pertanda hendak turun hujan yang sangat lebat. Merekapun segera berkemas untuk segera kembali ke kampung.

Hujan yang sangat lebat disertai angin yang kencang dan petir yang sahut menyahut, membuat pandangan mereka terbatas, namun syukurnya mereka bisa tiba ditepian kampung dengan selamat, dan segera menambatkan perahu mereka. Pada saat ia menambatkan perahunya, ia sangat terkejut melihat sesuatu mengapung-apung disungai. Dengan pandangan yang terbatas karena hujan yang lebat itu, ia melihat itu adalah tubuh manusia.

Merekapun bersegera menarik mayat tadi, betapa terkejut dan sedih hati Dahiang Ama Bujang sebab ternyata itu adalah mayat Mamben dan Isterinya. Iapun membawa mayat Mamben naik dan membaringkannya ditempat mereka menempa senjata – umumnya selau dibawah rumah betang atau disuatu pondok, sedangkan mayat isteri Mamben tetap berada dipinggir Sungai ditutupi kajang. Karena hujan yang amat lebat, disertai angin dan petir yang sangat dahsyat membuat Dahiang Ama Bujang harus berlindung didalam rumah, hingga ia tertidur.

Didalam tidurnya ia bermimpi berjumpa Mamben dan Isterinya. Mamben berkata didalam mimpinya: “bahwa mereka telah dibunuh oleh pasukan asang kayau, mayat merekapun dibuang kesungai, hingga terbawa arus dan tertambat di Kampung sodaranya itu. Tetapi Mamben berkata kepada saudaranya itu untuk tidak perlu sakit hati, sebab ia sendiri yang akan menuntut balas. Mamben berkata ia akan menjelma menjadi batu dan isterinya menjelma menjadi seekor buaya putih, mereka akan menjaga dan melindungi kampung Sepang Simin, sedangkan kajang yang digunakan Dahiang Ama Bujang untuk menutup mayat isterinya akan berubah menjadi rotan “ahas”yang memiliki guna, apabila mereka hendak pergi mengayau (pengecualian bagi ndayak sah), maka mereka harus mengambil kajang tersebut dan rotan ahas sebagai “penyang” jimat pelindung, sehingga mereka bisa pulang kembali dengan selamat.

Dahiang Ama Bujangpun terbangun dari mimpinya, ia pun segera pergi untuk melihat kebenaran mimpinya tersebut, dan benar saja, ia tidak dapat menemukan lagi mayat Mamben dan Isterinya selain dari batu dan tidak jauh dari batu itu tumbuhlah kajang dan rotan ahas, sesuai dengan mimpi Dahiang Ama Bujang. Batu itupun kemudian dijadikan keramat hingga hari ini di kampung Sepang Simin, Kalimantan Tengah. Kedua batu ini selain sebagai penjaga kampung, ia juga dapat memberi petunjuk jika akan terjadi bencana atau hal buruk, demikian juga jika akan terjadi hal yang baik.

Inilah bentuk pertalian persahabatan yang kekal yang bahkan sudah berbeda alam antara Singat Hantarung (Dayak Ngaju) dan Mamben yang adalah orang Banjar. Seiring berjalannya waktu dan perubahan alam, terutama akibat gerusan sungai Kahayan serta akibat tangan-tangan jahil dan kegiatan penambang emas ilegal yang tidak bertanggung jawab telah membuat rumpun pohon kajang mamben menjadi musnah, hanya tertinggal batu mamben yang tersisa. Sehingga atas mupakat warga desa Sepang Simin pada tahun 1992, Situs batu Mamben dipindahkan dari Kaleka Sopang Simin Lama ke daerah ujung desa Sepang Simin. Dan pada tahun 2005 pemerintah Kab. Gunung Mas melalui dinas terkait, telah mendaftarkan Situs batu Mamben sebagai salah satu situs cagar budaya yang wajib dilestarikan.

Exit mobile version