Home Halo Cerita KISAH PUTERI JUNJUNG BUIH

KISAH PUTERI JUNJUNG BUIH

folkofdayak

halodayak.com – Selama ini kisah Puteri Junjung Buih selalu identik dengan kisah cikal bakal Kerajaan Banjar di Kalimantan Selatan. Ternyata nama Junjung Buih ada banyak dikenal di Kalimantan Barat dan Timur dengan versi masing-masing. Salah satu versi yang akan kita ceritakan adalah versi Kerajaan Tanjungpura, Kalimantan Barat.

Disuatu tempat di Hulu Sungai Keriau, tempat Kerajaan Hulu Aik (Kerajaan Dayak), hiduplah sepasang suami isteri bernama Bintan Putin dan Ratu Bintan Cuka. Mereka dikaruniai dua orang anak laki-laki dan perempuan bernama Bujang Bengkung dan Dara Dondang. Kedua anak ini saling mencintai satu sama lain hingga dewasa. Merekapun akhirnya memilih untuk hidup bersama sebagai suami isteri, mereka dikarunai 7 orang puteri yang cantik jelita yaitu Dayang Punta, Dayang Bakala, Dayang Bercandi, Dayang Bekeris, Dayang Berimbung, Dayang Bercalung dan Dayang Putung. Dayang Putung inilah yang kemudian disebut sebagai Puteri Junjung Buih.

Dalam legenda dikatakan ketujuh puteri ini disembunyikan oleh orang tuanya dalam sebuah ruas bambu yang besar, mungkin untuk menutupi aib pernikahan sedarahnya. Dan kesemuaan puterinya dihanyutkan. Ketika dihanyutkan, bambu Dayang Putung terdampar di Sungai Sentap dan ia diselamatkan oleh Rangga Sentap. Ia pun mengangkat Dayang Putung sebagai anaknya.

Suatu ketika di Kerajaan Majapahit, sang raja yamg sudah lanjut usia meminta petunjuk kepada ahli nujum, siapakah diantara anaknya yang bisa meneruskan tahta kekuasaannya. Ahli nujum mengatakan bahwa anaknya yang bungsu bernama Prabu Jayal lah yang bisa menggantikan posisinya. Mengetahui hal itu, kakak- kakak dari Prabu Jaya menjadi iri dan dengki. Merekapun mencari cara untuk mengguna-gunai Prabu Jaya, hingga Prabu Jaya mengalami penyakit kulit yang menjijikan, penuh dengan koreng dan luka-luka. Raja berusaha mengobati anaknya ini kesemua tabib dan orang pintar yang ada, tapi tidak ada yang bisa mengobatinya. Akhirnya Prabu Jaya diasingkan dengan dibuatkan sebuah perahu , ia dilengkapi dengan segala keperluan dan para pelayannya. Prabu Jaya berdoa kepada Batara “Ya Batara lindungilah kami dan tujuan kami ke pelabuhan yang aman”.

Setelah terkatung-katung lama dilautan, mereka pun tiba di Kalimantan, dan masuk ke sebuah sungai Kuala Kandang Kerbau. Dimuara sungai ini Prabu Jaya menjala. Prabu Jaya ini memiliki kesaktian untuk berkomunikasi dengan ikan dan buaya. Ia memanggil para buaya sahabatnya dan berjalan diatas punggung buaya buaya itu sedang datang para ikan patin dan belang ulin menjilat luka dan borok sang Prabu, dan ajaibnya sembuhlah borok dan luka yang diderita oleh Prabu Jaya.

Ditempat lain, Dayang Putung pun menderita penyakit yang sama dengan Prabu Jaya. Saat Prabu Jaya menjala, jalanya tersangkut disuatu yang berat. Mereka pun berusaha mengangkatnya ternyata sebuah mangkok emas yang berisikan sehelai rambut yang sangat panjang. Prabu Jaya menjadi penasaran untuk menemukan siapakan pemilik rambut ini. Maka berkayuhlah mereka kearah hulu sungai.

Saat berkayuh mereka tidak dapat menembus lebatnya bunga bakung air disungai itu. Iapun mengutus anak buahnya ke Jawa untuk meminta kapal dengan haluan besi yang tajam, maka berhasilah mereka sampai ditempat kediaman Rangga Sentap. Saat itu Dayang Putung karena sakit kulitnya itu ia berada diatas air dan diselimuti buih. Mengetahui Dayang Putung mengalami penyakit yang sama dengan yang pernah Prabu Jaya derita. Iapun memanggil para ikan Patin dan belang ulin untuk menjilat luka dan borok Dayang Putung, hingga akhirnya sembuhlah Dayang Putung.

Ternyata Dayang Putung adalah seorang Puteri yang cantik jelita dan semakin jatuh hatilah Prabu Jaya. Iapun mengubah nama Dayang Putung menjadi Junjung Buih. Iapun akhirnya meminang sang Puteri. Prabu Jaya menanyakan dimanakah orang tuanya, Junjung Buih pun menyebutkan Siak Bahuluan raja Hulu aik. Mas kawin yang diminta dari pihak Junjung Buih adalah satu kalung emas, satu lancang dengan panjang tujuh depa, empat puluh orang laki-laki dengan pasangannya, gamelan, dan beberap gong. Syarat ini dengan segera dipenuhi Prabu Jaya. Kesemuan permintaan ini disiapkan di Jawa dan pernikahan mereka dilangsungkan di Jawa.

Mereka pun dikarunai 3 orang Putera yaitu:
1. Pangeran Perabu yang bergelar Raja Baparung, ia menjadi pendiri Kerajaan Sukadana,
2. Gusti Likar yang kemudian mendirikan kerajaan Meliau,
3. Pangeran Mancar yang menjadi pemimpin di daerah Tayan.

Exit mobile version