Home News Pengakuan Bripka RR Disuruh Sambo

Pengakuan Bripka RR Disuruh Sambo

Rekonstruksi pembunuhan Brigadir J. ©2022 Liputan6.com/Faizal Fanani

Jakarta, halodayak.com – Kuasa Hukum Bripka RR, Erman Umar menyampaikan kliennya sempat berkomunikasi dengan tersangka Ferdy Sambo dan Putri Candrawathi di rumah Saguling III, terkait peristiwa yang terjadi di Magelang. Percakapan tersebut langsung mengarah ke dugaan pelecehan hingga upaya eksekusi Brigadir J.

“Oh iya, kan di Saguling itu dipanggil. Dipanggil, dia (Ferdy Sambo) tanya, ‘Apa kejadian apa, ada kejadian apa di Magelang?’ Dijawab, ‘kamu tahu enggak?’, ‘Enggak tahu’. ‘Ini Ibu dilecehkan’. Ini pelecehan terhadap Ibu. Dan itu sambil nangis dan emosi. ‘Saya enggak tahu Pak’, dijawab sama Ibu, ‘Bang tahu enggak ada pelecehan oleh Yosua’,” tutur Erman kepada wartawan, Jumat (9/9).

Setelah itu, kata Erman, Ferdy Sambo mulai meminta Bripka Ricky Rizal untuk melakukan penembakan terhadap Brigadir J. Namun hal tersebut ditolak lantaran alasan psikologis.

“Ya sudah, kalau gitu baru dilanjutin, ‘Kamu berani nembak? Nembak Yosua?’, dia (Ricky) bilang ‘Saya enggak berani Pak, saya enggak kuat mental saya, enggak berani Pak’. ‘Ya sudah kalau gitu kamu panggil Richard (Bharada E)’,” jelas dia.

Menurut Erman, Bharada Richard Eliezer alias Bharada W yang tadinya ada di lantai bawah rumah Saguling III langsung naik ke atas memenuhi panggilan dari Ferdy Sambo.

“Cuma saya sempat bilang, kenapa? Setelah itu apa yang kamu rasakan? Saya (Ricky) melihat bapak memang guncang. Saya melihat bapak menangis. Enggak biasa gitu kan. Tapi saya enggak tahu kejadian di sana, padahal saya ada di sana. Yang saya tahu hanya kayak pertengkaran Kuat sama Yosua. Dan apakah ada di balik itu saya enggak tahu, karena saya sempat juga masuk bertanya ke Ibu, ‘Bu ada apa?’, Ibu malah enggak menjelaskan, malah nanya ‘Yosua mana?’. Dipanggil Yosua, itu yang menurut agak bertengkar Yosua sama Kuat,” kata Erman.

Erman mengatakan, kliennya menilai ada kesan bahwa tersangka Kuat Ma’ruf pernah melihat Brigadir J seperti mengendap-endap naik turun tangga di rumah Magelang. Saat ditanyakan, Brigadir J malah lari sehingga menimbulkan pemikiran negatif.

“Tapi tidak tahu, apakah ada pelecehan, kita tidak tahu, si anu (Ricky) tidak tahu. Setelah dia pulang, kan dia pergi ngurus anaknya Pak Sambo ini, anaknya sekolah taruna Nusantara, diurus, dia pergi sama Richard. Di tengah jalan ditelepon sama ibu, balik. Si Richard yang ditelepon. Balik mereka, pas balik dilihat di lantai satu enggak ada orang. Naik ke atas, itu lah ketemu Kuat dalam keadaan tegang, dan kayak panik. Ditanya ‘Ada apa?’, dibilang ‘Itu enggak tahu si Yoshua naik’, tapi kok saya itu (tanya) lari,” bebernya.

Bripka Ricky Rizal melihat asisten rumah tangga atas nama Susi tengah menangis. Sementara, Brigadir J masih berupaya bertemu dengan Putri Candrawathi dan dihalangi Kuat Ma’ruf menggunakan pisau.

“Masuk ke ruangan Ibu, akhirnya kan dia melihat juga Ibu ya, Ibu di kamar, berbaring di kamar, ‘Ada apa bu?’, dia enggak menjelaskan Ibu, tapi tanya ‘Mana Yoshua?’, dipanggil lah ke bawah, dipanggil ke bawah, sambil dia (Ricky) nanya ‘Ada apa Yoshua?’, ‘Ya enggak tahu tuh’, dia (Brigadir J) marah-marah, ‘enggak tahu tuh Om Kuat kok marah-marah sama saya’,” kata Erman.

Bripka Ricky Rizal pun mengantar Brigadir J masuk ke kamar Putri Candrawathi dengan posisi Brigadir J duduk di lantai, sementara Putri Candrawathi berbaring di kasur. Bripka Ricky Rizal menunggu di luar, namun tidak mendengar pembicaraan antara keduanya.

“Setelah itu, dia turun diikutin ke bawah, ditanya lagi ke Yoshua, ‘Yoshua ada apa sih?’, tadi kan kalau pertama dia bilang si Kuat marah-marah enggak karuan, kalau sekarang ditanya ‘Sudah enggak ada apa-apa kok Bang’. Nah jadikan enggak ada selama di Magelang, si anu (Ricky) enggak mendapatkan informasi tentang itu (pelecehan). Di Saguling kan kaget juga dia kalau Bapak maunya gitu kan. Ya nangis lah (Ferdy Sambo). Pasti dalam hatinya, ya bisa saja mungkin terjadi tapi ditutup. Itu enggak tahu lah,” jelasnya.

Detik-Detik Penembakan

Kemudian saat berada di Rumah Duren Tiga, Bripka Ricky Rizal tengah bersama Brigadir J di halaman rumah yang kemudian dipanggil oleh Kuat Ma’ruf untuk menghadap Ferdy Sambo.

“Dia kan, pada saat, pertama kan Kuat panggil. Panggilnya Om. Om Kuat ini manggil mereka ini Om-Om juga, ‘Om pada dipanggil Bapak’. Jadi jalan lah si Kuat beriring-iringan dengan Yoshua. Terakhir (Ricky). Paling duluan Yoshua. Si RR dia pakai sepatu, buka sepatu. Jadi ada jeda. Tapi pas dia di dalam, dia sudah langsung kejadian, tembak itu. Menembak. Pada saat kejadian dia melihat entah berapa kali (tembakan) dia sudah enggak ingat, apakah tiga kali Richard menembak, Sambo agak di samping, si Kuat-nya di belakang Sambo, si Ricky-nya posisinya agak di belakang Richard,” tuturnya.

Saat peristiwa terjadi, ada saluran HT yang masuk ke Bripka Ricky Rizal dari ajudan Ferdy Sambo yang lain mempertanyakan adanya suara letusan senjata. Sementara, posisi Bripka Ricky Rizal juga membuat arah pandangnya ke peristiwa penembakan tersebut tidak sepenuhnya sempurna.

“Di sini kan ada kulkas tinggi, dia berbalik (usai menerima HT), dia tidak melihat kan ada Pak FS menurut Richard kan nembak, tapi pas balik itu dia melihat FS menembak-nembak dinding. Jadi berapa kali ditanya, saya juga nanya ‘Enggak bang, saya enggak melihat, apa yang mau saya paksakan, jadi saya tidak melihat FS apa yang terjadi sebelumnya’,” Erman menandaskan.

 

Exit mobile version